Sabtu, 07 Maret 2015

TALIKURAN UTARA

DATA KELURAHAN
Peta Citra Satelit Kelurahan Talikuran Utara (2012)
Kelurahan Talikuran Utara lahir dari hasil pemekaran menurut SK Bupati Minahasa nomor 231 tahun 2008 sebagai bagian dari wilayah Kecamatan Kawangkoan Utara. 
  • Memiliki luas 1,205 Km2 (8,73% Luas Wilayah Kawangkoan Utara). 
  • Letak Geografisnya 112'27.43 Lintang Utara dan 12447'20.29 Bujur Timur. Berada pada ketinggian 725 M di atas permukaan laut. 
  • Jumlah penduduk menurut data BPS Kabupaten Minahasa tahun 2013 adalah 1443 jiwa (737 Laki-laki dan 706 Perempuan). 
  • Mempunyai jumlah Rumah Tangga paling banyak di Kecamatan Kawangkoan Utara yaitu 441 RT.
  • Memiliki areal persawahan 23,86 Ha, bukan persawahan 56 Ha serta areal non-pertanian sebesar 11 Ha.
 Kelurahan Talikuran Utara terdiri dari 6 Lingkungan. Sementara jumlah industri Rumah Tangga adalah 11.

Sabtu, 21 Februari 2015

Tarian Maengket


TARIAN MAENGKET PURBA SAMPAI ABAD 15


MANGORAI,
Wanita  tua pemimpin maengket Katuanan   
“Mengenai Dewa-Dewi, misalnya kisah
“Raranian ni Karema” nyanyian, 
Karema-To’ar dan Lumimuut.
( Meyer & Richter
Tarian Maengket mengandung dua unsur yakni seni menyanyi dan seni menari, dengan demikian tarian ini belum akan ada apabila orang Minahasa purba belum dapat menyanyi dan menari.

Dari kumpulan analisa dewa-dewi yang sebenarnya adalah leluhur orang Minahasa jaman purba, yang dilakukan oleh pembantu pendeta Sonder J.Albert Schwarz. dengan cara mewawancarai dan berdialog dengan para pemimpin adat wilayah Tontemboan yang bergelar TONA'AS dan WALIAN di tahun 1900. Dapatlah diketahui pembagian fungsi dan peran para leluhur orang Minahasa purba dalam komunitas awal bermasyarakat, yang pemerintahannya di pegang oleh kaum wanita.

Buku kumpulan ceritera mengenai leluhur orang Minahasa berjudul "Tontemboansche Teksten" dalam bahasa Tontemboan dan terjemahannya dalam bahasa Belanda terbit tahun 1907.

Kedua buku ini terpisah dan untuk dapat mengetahui hasil analisanya mengenai ceritera leluhur orang Minahasa jaman purba yang telah menjadi dewa-dewi, Opo'-Opo' atau APO' dalam bahasa Minahasa Tontemboan. Maka kita harus dapat mengerti bahasa tontemboan dan bahasa Belanda, karena si penulis J.alb.T.Schwarz menguasai kedua bahasa itu secara aktif walaupun dia orang Jerman tapi lahir di Langouwan Minahasa.
TUHAN orang Minahasa punya banyak nama, demikian juga leluhur purba atau penduduk awal di tanah Minahasa.

 

TUHAN disebut :

·         I Wa'ilan an dangka (si yang mulia diatas langit)

·         Empung Wangko (Tuhan maha besar)

·         Si Esa (dia yang satu)

·         Si apo' nimema i tjita (si yang menciptakan kita manusia)

 

Dewi KAREMA disebut :

·         Si mengesa-ngesa (yang hidup seorang diri, si janda)

·         Si Wine'bet = yang ditarik kelangit (nabi perempuan)

·         Sarawsanga repa    (yang tingginya sama dengan tongkat pohon jelaga, atau Asa, panjang satu depa)

·         De eerste mensch (bahasa Belanda) artinya ; Manusia pertama.Dewi LUMIMU'UT disebut :

·         Si Apo' minema in tana' (bahasa Tontemboan)

·         De vrouw die het land heft bebouwd, de woonplaatsen harer kinderen vast te stellen bahasa Belanda) artinya ;Wanita(Ibu) yang membangun bumi untuk dapat didiami dan mengatur tempat kediaman anak-anaknya. (tontemboansche Teksten terjemahan bahasa Belanda 1907 halaman 373)

 

Dewi MARUYA disebut :

·         Si Raraha (Dewi gadis) adik perempuan Dewi KAREMA

·         Si rumeingdeng in tana' (yang menyanyikan bumi, dewi penyanyi)

·         Sa rei'tja ni reingdeng I MATUYA, ya en tana' nimarai'tja (bahasa Tontemban)

·         Met de Rumeingdeng artinya ; yang dimaksudkan dengan Rumeingdeng dalam tulisan ini adalah nyanyian "Reingdeng"

 

Dengan membandingkan indentitas fungsi antara dewi LUMIMU'UT dan dewi penyanyi MARUAYA, dapat kita analisa bahwa dewi LUMIMU'UT tidak dapat mengolah bumi bila tidak di ikuti lagu "Reingdeng" yang dinyanyikan oleh dewi MARUAYA. Kesimpulannya adalah bahw seni menyanyi sudah dikenal orang Minahasa sejak jaman TO'AR dan LUMIMU'UT setelah mengenal sistim bercocok tanam.

 

Dewi RUMINTUWU' (Tuwu' = daun woka muda).

"Lintuwu" (daun woka muda) berfungsi sebagai alat "O'orai"dan tariannya disebut "Mangorai", karena terian memakai alat daun woka muda, maka si penari disebut RUMINTUMWU'.
Pada daftar anak-anak TOAR dan LUMIMU'UT (halaman. 404) ada dua dewi yakni MARUAYA dan RUMINTUWU', karena sebutan Dewi penyanyi pertama adalah adik perempuan
dewi KAREMA. Kemudian jabatan dewi penyanyi lalu berpindah digunakan sebagai nama gelar anak perempuan LUMIMUU'UT, tapi dewi penari pertama RUMINTUWU baru mulai ada setelah TOAR dan LUMIMU'UT.

Dalam bentuk selisih digambarkan sebagai berikut :

(1) LAREMA

(2) MUARAYA

(3) LUMIMU'UT bersuami

(4) TOAR,

dua orang anak perempuan perkawinan TOAR dan LUMIMU'UT bernama MARUAYA (dewi penyanyi) dan RUMINTUWU (dewi penari).


WALIAN IN UMA
Wanita  Yang memimpin Tarian Maengket
“Mamowey Kamberu”,“Rumambak “
dan “Lalayaan”
( DR. A.B Meyer 1889 )
Dengan demikian dapat kita ambil kesimpulan bahwa seni menyanyi yang mula-mula berfungsi dalam upacara agama asli dan upacara adat jaman purba setelah mengenal bercocok tanam. Karena agama asli Minahasa jaman purba dipimpin oleh kaum wanita jaman "Matriargaat",maka tarian kaum pria Minahasa tidak di masukkan sebagai bagian upacara adat. Pada jaman periode berburu dan mengumpulkan makanan, sebelum hidup menetap dan bercocok tanam misalnya tarian berburu binatang dan tarian perang. Tapi menyanyi dan menari sebagai sebuah karya seni dengan berbagai ketentuan dan aturan-aturan, sudah ada sejak jaman TOAR-LUMIMU'UT, bahwa menyanyi harus dengan suara "Lengdeng" Reingdeng (nyaring) danmenari harus memegang daun woka (Livistonia Rotundifolia). Tarian MAENGKET tentu baru lahir beberapa generasi setelah jaman TOAR - LUMIMU'UT sebagai upacara terimakasih kepada LUMIMU'UT sebagai dewi Bumi dan TOAR sebagai dewa Matahari, dalam bentuk tarian kesuburan sebelum orang Minahasa mengenal tanaman padi. Nama tarian itu antara lain Maengket TUMUMBAL (mengolah tanah dan menanam biji-bijian), Maengket SUMEPO atau RUMAMBUS tarian memetik sayuran, Maengket MARAMBA setelah periode hidup menetap, membangun negeri dan membangun rumah. Maengket LALAYA'AN tarian muda-mudia pada upacara bulan purnama "Mahatembulelenen".

Peter Bellwood (Sulawesi Islan Crossroads of Indonesia, 1990 halaman. 24) bahwa penduduk negeri PASO (selatan danau Tondano) sudah hidup menetap sejak 3.000. tahun lalu demikian juga di Tonsawang. Tanaman padi mulai ada tahun 500 masehi, muncul pertama di kepulauan Sangihe, berarti padi pertama muncul dari Utara Minahasa, kemungkinan dari Philipina melalui pulau Sangihe. Penulis J.G.F.Riedel menganalisa dalam bukunya "rurumeran ne Empung" bahwa mahadewa MUTU-MUTU hidup abad ke tujuh, dia bernama KUMOKOMBA dan istrinya bernama RINUNTUNAN. Memberi patokan pada kita bahwa fungsi padi pada abad ke tujuh di Minahasa belum penting sebagai bahan komoditi utama, tidak ada beras masih ada makanan umbi-umbian. Tapi pada periode ini sudah ada dwi penanam padi misalnya ; REWUMBENE, RAMPAWENE, SE'E WENE, UNTAIBENE, KEMBU'AN WENE. Abad ke sembilan ada Dewa bernama ARUR KRITO beristri LINTJANBENE (dikelilingi padi) dan dewa ARUR KRITO itu bergelar MUNTU - UNTU (Maha Dewa).

Arti LINTJANBENE (Lingkanbene) tidak ada sebagai Dewi penanam padi, tetapi Dewi penguasa tanaman padi, yang mengatur export beras keluar Minahasa misalnya dikirim ke Ternate. Abad 13 dewi LINGTJANBENE hidup di Tonsea, suaminya bernama RORINGTUDUS bergelar MUNTU - UNTU, abad 15 Dewi LINGKANBENE hidup di Wenang (sekarang Manado) suaminya bernama LOLONG LASUT juga bergelar MUNTU-UNTU, tempat penimbunan padi abad 15 di Wenang bernama "Tokambene"(toka = bukit ; wenw = padi) Dewi LINGKANBENE dan suaminya MUNTU-UNTU abad 15 ini, yang di kisahkan dalam syair lagu Maengket "Owey Kamberu"sekarang ini ……..MUNTU - UNTU tare Walian ko, nimasarani mo, milek se pangoreian mene'sel o wusang.

Artinya :MUNTU - UNTU engkau pemimpin adat dan agama asli, setelah di babtis Kristen Katolik (oleh Spanyol) engkau menyesal juga melihat tarian"Mangorai"

Dengan demikian dapat dipastikan bahwa jenis Maengket OWEY KAMBERU baru muncul di Minahasa abad ke sembilan, setelah fungsi padi dalam hal ini Beras dijadikan sebagai alat politik ekonomi para kepala-kepala Paksa'an Minahasa dimana Kepala walak sebagai MUNTU - UNTU dan istrinya berfungsi sebagai LINGKAN WENE.

Syair Maengket dengan jelas menerangkan, siapa MUNTU - UNTU abad 15, yakni MUNTU - UNTU yang di baptis masuk Kristen, dan kepala walak orang Minahasa pertama dibabtis Kristen adalah kepala walak negeri Wenang. Ada raja Manado(pulau Manadotua) TULULIO yang sebelumnya telah dibabtis Pater Portugis, tapi raja Manado di pulau "Manaro&quo (manadotua) bukan kepala walak Minahasa dan tidak berkuasa atas daratan Minahasa. Adalagi kepala walak di wilayah kota Manado sekarang ini yakni ayah LOLONG LASUT bernama RURU ARES sebagai kepala walak negeri Ares Tikala, tapi tidak masuk Kristen. Peranan produksi beras Minahasa baru mulai tercatat setelah munculnya bangsa barat Portugis di Ternate tahun 1511 dan Spanyol 1521, penduduk pulau Ternate dan penghuni Benteng Portugis - Spanyol di Ternate makan nasi, tapi di pulau Ternate tidak tumbuh tanaman padi. Tahun 1609 V.O.C Belanda sudah datang membeli beras ke pelabuhan Wenang Manado, kemudian peperangan yang terjadi di Minahasa antara Spanyol dengan V.O.C. Belanda, antara spanyol dengan orang Minahasa tahun 1644, antara orang Minahasa dengan Hindia Belanda tahun 1808, semuanya disebabkan oleh produksi beras Minahasa.

Peranan LINGKAN WENE ini yang tercermin dalam syair lagu Maengket"Owey Kamberu" yakni LINGKAN WENE yang hidup abad kesembilan di Tontemboan, LINGKAN WENE yang hidup abad 13 di Tonsea, dan LINGKAN WENE yang hidup abad 15 di Tombulu. Produksi padi yang melimpah seperti air sungai, menaikkan eksport beras yang memberi kemajuan dalam perekonomian masyarakat, LINGKAN WENE abad 15 sampai berlayar menemui Gubernur Spanyol di Ternate. Tapi karena meninggalkan MUNTU UNTU suaminya di Wenang (Manado) maka ceriteranya berkepanjangan sampai terjadi perang orang Tombulu mengusir orang Spanyol tahun 1643 akibatnya 10 Agustus 1644 seluruh orang Minahasa memerangi Spanyol supaya meninggalkan Minahasa.

Ceriteranya produksi beras dan politik perdagangan beras yang melakukan hati dari Dewi LINGKAN WENE ini, yang dijadikan kata semboiyan dengan lagu …………………..OWEY SIKAMBERU Eeee. Bukan saja proses kerja, menanam, mencangkul, memelihara, memetik,mengumpulkan dalam lubung padi, menumbuknya menjadi beras, yang melelahkan. Tapi juga usaha keras dewi padi LINGKAN WENE untuk menaikkan produksi beras, menaikkan tingkat ekonomi masyarakat dan keluarga, sering berakibat hal yang mengecewakan. Menyusahkan hati, melelahkan pikiran, karena kekayaan tidaklah segalanya bila dewi padi (Lingkan wene) sampai harus bertengkar bahkan bererai dengan suaminya Maha Dewa MUNTU - UNTU.
Sebuah syair Maengket "Owey Kamberu" periode sebelum tahun 1900 (buku : De Minahasa-N.Graafland. 1898. halaman.292) sebagai berikut ………..Lingkambene, temboanu si mahatepu wana laser Temboanu si mahatepu wana lesar, sa sia kana'uanupe' Oweeii………Terjemahan : Lingkanwene, lihatlah si yang muncul di halaman, lihatlah lihatlah si yang muncul di halaman, apabila engkau masih mengenal-nya ….Oweeiii…..

Syair ini mengisahkan bahwa dewi padi Lingkanwene abad 15, tidak mau mengenal suaminya yang bergelar maha dewa MUNTU - UNTU. Padahal perekonomian minahasa abad 15-16 mengalami kemajuan, Mulai ada sapi dan kuda di Minahasa,mulai menggunakan Kadera (korsi), meja, senapan(muskat), busana kemeja, cermin, sisir, kain sutra India dan kain sutra Cina, porselein Cin dinasti Ming yang Indah, gerobak pedati,topi kuningan dari Portugis dan Spanyol, Lantaka (mariam), sepatu dan sebagainya.
Semuanya melakukan hati dan pikiran suami istri dewi padi LINGKAN WENE dan maha dewa MUNTU - UNTU …..Owey Kamberu……….. Ada satu baris sastra mengenai dewi padi LINGKAN WENE yang mendapat perluasan pengertian kata petunjuk, contoh ENDO artinya hari, SI ENDO artinya MATAHARI sebagai berikut : Esa uman giyo si Lingkanwene Waya'an si pelengan … kumamnberu, kamberu

Apa bedanya dengan kalimat :

Esa uman giyo ni Lingkanwene

Syair dari buku "A'asaren wo raranian ne Touw un Bulu" tulis J.G.F.Riedel  tahun 1869, nyanyian nomor 88 ESA UMAN GIYO SI LINGKAN WENE ingin menjelaskan bahwa SI LINGKAN WENE yang hidup abad 15 (istri Lolong  Lasut), yang hidup abad 13 (istri Roring Tudus) yang hidup abad 9 (istri Arur  Krito) punya kebebasanuntuk menikah lagi "Waya'an si Pelengan" agar tetap    berkuasa mengendalikan produksi beras.
Dengan demikian harus mengorbankan  kebahadiaan perkawinannya agar tetap mengendalikan produksi beras di seluruh  Minahasa. Kisah hidup LINGKAN WENE abad 13 dan abad 9 pasti sama tragisnya dengan kisah LINGKAN WENE abad 15. anak perempuan dari TORINDATU menikah pertama dengan saudagar besar AWONDTU, menikah kedua dengan    penguasa Wenang LOLONG LASUT yang bergelar MUNTU - UNTU, lalu menjadi istri Gubernur Spanyol di Ternate ANTONIUS GALVANO, kemudian  MUNTU - UNTU (Lolong Lasut) berlayar ke Ternate untuk dibaptis menjadi JESO KRISTO terlihat pada syair Mengket Tonsea sebagai berikut :

Muntu untu tare Wadianko, simengkot lako Simengkottarelako ko Minaseranimo
Artinya : Muntu untuk engkau kepala agama asli, engkau berlayar engkau sudah berlayar pergi masuk Kristen.

Setelah bercerai dengan Gubernur spanyol, LINGKAN WENE kembali ke Wenang Manado, mengangkat anak lelakinya dengan Gubernur Spanyol bernama MAINALO menjadi raja Minahasa, yang tidak di setujui orang Minahasa hingga timbul perang mengusir orang Spanyol dari Minahasa tanggal 10 Agustus 1644, maka berakhirlah pemberian gelar LINGKAN WENE dan MUNTU - UNTU pada sistim pemerintahan adat Minahasa……Kumamberu, Kamberu Owey….


Sumber : www.maengket.com

MENGENAI TARIAN MAENGKET

Kata MAENGKET terdiri dari kata dasar ENGKET yang artinya mengangkat tumit kaki turun naik, dan awalan MA yang merubah kata dasar menjadi kata kerja menari-turun naik. Dengan demikian sebutan klasifikasi jenis MAENGKET :

Maengket "Owey Kamberu" dapat dikatakan menari "Owey Kamberu", Maengket "Marambak" dapat dikatakan menari "Marambak", Maengket "Lalayaan" dapat dikatakan menari "Lalayaan".

Fungsi MAENGKET dalam upacara adat jaman tempo dulu, adalah sebagai bahagian dari serangkaian upacara petik padi MANEMPO' (Tontemboan), MANGUPU' (Tombulu, Tonsea), MASAMBO (Tondano). Yang terdiri dari Tarian untuk mengundang roh leluhur Dewa-Dewi dan nyanyian memuji SI EMPUNG (Tuhan) disebut SUMEMPUNG dan minta berkat perlindungan pada Dewa-Dewi yang disebut MENGALEI. Oleh karena itu tarian MAENGKET sebenarnya bukan murni tarian, tapi perpaduan dua cabang kesenian yakni seni tari dan seni menyanyi. Ada dua tarian Minahasa yang sudah punah, dimana si penari tidak menyanyi yaitu MANGOLONG tarian upacara kedukaan dan MAHAWALIAN tarian para pemimpin adat dan agama asli TONA'AS dan WALIAN. Dengan demikian tarian MAENGKET termasuk cabang kesenian tradisional Minahasa, yang memiliki "Faktor kesulitan" yang cukup tinggi dalam pelatihannya dan penampilannya, karena harus menghayati gerak tari dan intonasi suara.

 

Yang dimaksud dengan rangkaian upacara petik padi adalah musim pesta adat yang berlangsung selama sembilan hari, dengan tarian "Maowey Kamberu", tarian "Lalayaan" pada upacara bulan purnama MAHATAMBULELENEN (Tombulu), MASISERAP (Tontemboan). Dan biasanya di ikuti dengan upacara SUMOLO (solo = lampu) pada pemasangan lampu rumah baru untuk pertama kalinya, tarian pada acara ini disebut "Marambak" (rambak = Banting kaki) untuk secara simbolisasi menguji kekuatan rumah. Rumah adat Minahasa jaman tempo dulu disebut "Wale wangko" (rumah besar) yang bentuknya memanjang dihuni oleh tujuh sampai sembilan keluarga. Apabila penduduk sebuah "Wanua" atau "Ro'ong" yang dalam bahasa melayu Manado disebut "Negeri" sudah cukup banyak, maka dibangunlah satu rumah baru untuk keluarga-keluarga baru yang ingin memisahkan diri dari orang tua mereka. Peresmiannya dilakukan setelah panen raya padi yakni setelah bulan purnama raya, urutan-urutan upacara adat telah di tentukan sebelumnya oleh pemimpin negeri, merangkap pemimpin adapt TONA'AS WANGKO. Setelah bintang tiga "Kateluan" terlihat, maka si Tonaas mulai membuat simpul pada seutas tali disebut "Mamules", tiap hari membuat satu simpul pada tali selama sembilan hari kemudian istirahat satu hari.

 

Kemudian dilanjutkan lagi tujuh hari berturut-turut lalu istirahat satu hari, selanjutnya lima hari lagi lalu istirahat, dan tiga hari lagi, pada hari berikutnya adalah bulan purnama raya. 9 + 1 + 7 + 1 + 5 + 1 + 3 + 1 = hari ke-28 bulan purnama raya, tujuh hari sebelum bulan purnama dilakukan tarian "Maengket Owey Kamberu" dihalaman batu TUMOTOWA, pada hari ke-28 secara resmi panen raya dimulai, malam harinya adalah bulan purnama raya dilakukan "Maengket Lalaya'an, tujuh hari setelah bulan purnama dilakukan peresmian rumah baru upacara "Sumolo". Karena TONA'AS WANGKO juga memegang jabatan sebagai TONA'AS SAKA (Panglima perang) pemimpin para "Waranei", maka ketika melihat bintang tiga "Kateluan" muncul, maka dia menyuruh anak buahnya "Mamu'is" pergi menangkap tawanan bila ada upacara naik rumah baru. Karena sebelum pemasangan atap rumah baru ada upacara "Pangari'ian" (ari'i = tiang) raja, kurban kepala manusia ditanamkan dibawah tiang raja, inilah yang dimaksud syair "Mangido-ngido-do" pada Maengket Marambak Tonsea.

Pemimpin tarian MAENGKET adalah kaum wanita sebagai "Walian in uma" pemimpin upacara kesuburan pertanian dan kesuburan keturunan, dibantu oleh "Walian Im penguma'an" lelaki dewasa. Pemimpin golongan WALIAN atau golongan agama asli (agama suku) disebut "Walian Mangorai" seorang wanita tua, yang hanya berfungsi sebagai pengawas dan penasehat dalam pelaksanaan upacara-upacara kesuburan. Untuk memulai tarian maka si pemimpin tarian MAENGKET menari melambai-lambaikan saputangan mengundang dewi bumi (Lumimu'ut), dan setelah kesurupan Dewi Bumi, barulah tarian dimulai, oleh karena itu semua penari MAENGKET harus memakai saputangan. Agar supaya para penari tidak kemasukan (kesurupan) roh jahat (Tjasuruan Lewo') ada pembantu TONA'AS WANGKO menemani "Walian in uma" yang disebut "Tona'as in uma" pria dewasa yang memegang tombak symbol Dewa Matahari TO'AR (To'or = Tu'ur = tiang tegak = Tombak). Oleh karena itu di halaman batu "Tumotowak" (Tontembuan) "Panimbe" (Tondano), "Pa'lalesan" (Tombulu), "Pasela" (Tonsea) ditancapkan tiang-tiang bambu berhias disebut "Tino'or" (Tontemboan), "Toto'or" (Tombulu), sewaktu dilakukan tarian Maengket "Owey Kamberu". OWEY termasuk kata keluhan karena lelah fisik dan lelah pikiran yang sama artinya dengan Bahasa Tondano AMBO, rasa lelah yang berada diluar kekuasaan manusia, hingga keluhan membawa rasa nikmat, menikmati rasa lelah karena ada hasil yang menyenangkan dibalik kelelahan itu, misalnya lelah menanam padi akan menghasilkan kesenangan waktu menuai padi.

 

Karena Minahasa terdiri dari kesatuan beberapa sub ethnic seperti, Tontemboan, Tombulu, Tonsea, Tondano, Tonsawang, Ratahan Ponosakan dan Bantik. Maka syair lagu nyanyian MAENGKET juga memakai dialek bahasa-bahasa sub ethnic Minahasa tersebut, menyebabkan ada beberapa sebutan istilah yang berbeda misalnya MA'OWEY (Tombulu, Tonsea) di Tontemboan disebut MAWINSON, MAKAMBERU di Tombulu disebut MAWAREI DI Amurang-Tontemboan. Tapi semua subethnik Minahasa mengakui bahwa Dewi padi itu bernama LINGKANWENE (liklik = keliling, Wene = padi) yang dikelilingi padi, penguasa produksi padi, suaminya adalah pemimpin semua Dewa-dewi, Maha dewa MUNTU-UNTU. Ada tiga orang leluhur Minahasa yang bergelar MUNTU-UNTU dan istrinya bernama LINGKANWENE, yang pertama kemungkinan hidup abad ke-sembilan, yang kedua hidup abad ke-12, yang ketiga hidup abad 15. MUNTU-UNTU yang terakhir inilah yang di kisahkan dalam syair "maowey kamberu" telah dibabtis oleh Pater Spanyol masuk Kristen-katolik. Umumnya ceritera dewa-dewi padi, MUNTU-UNTU, TAMATULAR, SAMBALEAN, PARENKUAN, TUMIDENG, PANAMBUNAN (dewa padi lading), PALENEWEN (dewa padi sawah) dalam lagu "Maowey Kamberu" berkisah sedih yang melelahkan hati. Tapi produksi beras di Minahasa sangat terkenal di kawasan Indonesia Timur, sehingga mengundang bangsa barat Spanyol menanam padi sawah di Motoling Minahasa Selatan dan baru berakhir tahun 1644 selama satu abad. Yang bergelar MUNTU-UNTU yang dibabtis pater Spanyol sudah pasti LOLONG LASUT karena dotu inilah yang memberi ijin Spanyol mendirikan kantor dagang "Loji"di "Menango labo" (pelabuhan Wenang) sekarang kota Manado.

 

Tangga nada lagu MAENGKET dalam upacara adat disebut Penthatonis Owey (lima not) ; la (6), sol (5), mi (3), re (2), do (1), dan Penthatonis ROYOR (lima not) ; si (7), la (6), sol (5), mi (3), re (2).

Setelah tahun 1900 tarian MAENGKET tidak lagi menjadi bahagian dari upacara adat, karena upacara-upacara adapt di Minahasa yang disebut "Posan" tidak lagi dilakukan orang Minahasa. Tarian MAENGKET kemudian menjadi salah satu cabang kesenian "Seni Pertunjukkan" terutama sekali pada acara "Kuda Baan" (Balapan kuda) di Sario-Manado, Walian-Tomohon, Kawangkoan Tonsea, Kawangkoan Tontemboan, Tasuka-Kakas, kelompok MAENGKET saling bertanding memperebutkan bendera merah putih. Tidak adalagi "Kesurupan" dalam menari MAENGKET semua patokan ke-indahan penampilan lomba ditentukan berdasarkan teori hukum-hukum seni musik dan seni tari dengan menggunakan dasar "Estetika" seni tradisi. Sekitar tahun 1950-an setelah Hindia Belanda angkat kaki dari Minahasa, lahirlah jenis MAENGKET "Imbasan" yang secara umum syair utamanya mengenai perjuangan kemerdekaan dan falsafah Negara, yang mengandung muatan misi agama Kristen disebut "Tari Jajar". Aturan dan ketentuan tarian MAENGKET menjadi longgar dan kehilangan pegangan yang disebut "Pakem" dalam ilmu teori tarian jawa. Oleh karena itu banyak pakar MAENGKET di Minahasa kemudian meneliti lagi aturan-aturan Maengket jaman sebelum tahun 1900, yang mungkin dapat di sesuaikan dengan MAENGKET jaman sekarang.

 

Yang tidak dapat dirubah lagi adalah bahwa tangga nada MAENGKET jaman sekarang adalah "Diatonis"; do (1), 2 (re), mi (3), fa (4), sol (5), la (6), si (7), 1, satu oktaf. Pemimpin tarian MAENGKET tidak dapat lagi dinamakan "Walian in Uma" (wanita) atau "Walian im Penguma'an" (pria) tapi disebut KAPEL.

Tapi pengaruh fungsi MAENGKET sebagai upacara adat jaman tempo dulu, belum sama sekali menghilang di Minahasa hingga sekarang ini. Yakni muatan Supranatural yang dalam bahasa Belanda disebut "Mokus Pokus" yang prakteknya masih terasa terutama dalam acara pertandingan MAENGKET memperebutkan kejuaraan.

Tapi masalah diluar teori ini, hanya sekedar untuk diketahui dan memang tidak dapat dibahas sebagai pengetahuan ilmu seni, karena terdapat secara umum dalam dunia kesenian tradisional diseluruh nusantara. Ciri has suara penyanyi MAENGKET dengan nada keras dan melengking yang disebut "Suara lima" tidak termasuk Supranatural, walaupun jaman tempo dulu penyanyi MAENGKET mengarahkan suaranya ke gunung-gunung tinggi tempat bersemayam Dewa-dewi. Anggap saja hadirin dan para penonton itu Dewa-dewi, karena nama-nama para leluhur dewa-dewi itu masih digunakan orang Minahasa hingga sekarang ini, seperti ; TULAR (Tamatular), TILAAR (Tumilaar), MUNTU-UNTU, MAMOTO', PARENGKUAN, PANAMBUNAN, PALENEWEN, dan sebagainya.

MAENGKET


MENGENAI TARIAN MAENGKET

 

Kata MAENGKET terdiri dari kata dasar ENGKET yang artinya mengangkat tumit kaki turun naik, dan awalan MA yang merubah kata dasar menjadi kata kerja menari-turun naik. Dengan demikian sebutan klasifikasi jenis MAENGKET :

Maengket "Owey Kamberu" dapat dikatakan menari "Owey Kamberu", Maengket "Marambak" dapat dikatakan menari "Marambak", Maengket "Lalayaan" dapat dikatakan menari "Lalayaan".

Fungsi MAENGKET dalam upacara adat jaman tempo dulu, adalah sebagai bahagian dari serangkaian upacara petik padi MANEMPO' (Tontemboan), MANGUPU' (Tombulu, Tonsea), MASAMBO (Tondano). Yang terdiri dari Tarian untuk mengundang roh leluhur Dewa-Dewi dan nyanyian memuji SI EMPUNG (Tuhan) disebut SUMEMPUNG dan minta berkat perlindungan pada Dewa-Dewi yang disebut MENGALEI. Oleh karena itu tarian MAENGKET sebenarnya bukan murni tarian, tapi perpaduan dua cabang kesenian yakni seni tari dan seni menyanyi. Ada dua tarian Minahasa yang sudah punah, dimana si penari tidak menyanyi yaitu MANGOLONG tarian upacara kedukaan dan MAHAWALIAN tarian para pemimpin adat dan agama asli TONA'AS dan WALIAN. Dengan demikian tarian MAENGKET termasuk cabang kesenian tradisional Minahasa, yang memiliki "Faktor kesulitan" yang cukup tinggi dalam pelatihannya dan penampilannya, karena harus menghayati gerak tari dan intonasi suara.

 

Yang dimaksud dengan rangkaian upacara petik padi adalah musim pesta adat yang berlangsung selama sembilan hari, dengan tarian "Maowey Kamberu", tarian "Lalayaan" pada upacara bulan purnama MAHATAMBULELENEN (Tombulu), MASISERAP (Tontemboan). Dan biasanya di ikuti dengan upacara SUMOLO (solo = lampu) pada pemasangan lampu rumah baru untuk pertama kalinya, tarian pada acara ini disebut "Marambak" (rambak = Banting kaki) untuk secara simbolisasi menguji kekuatan rumah. Rumah adat Minahasa jaman tempo dulu disebut "Wale wangko" (rumah besar) yang bentuknya memanjang dihuni oleh tujuh sampai sembilan keluarga. Apabila penduduk sebuah "Wanua" atau "Ro'ong" yang dalam bahasa melayu Manado disebut "Negeri" sudah cukup banyak, maka dibangunlah satu rumah baru untuk keluarga-keluarga baru yang ingin memisahkan diri dari orang tua mereka. Peresmiannya dilakukan setelah panen raya padi yakni setelah bulan purnama raya, urutan-urutan upacara adat telah di tentukan sebelumnya oleh pemimpin negeri, merangkap pemimpin adapt TONA'AS WANGKO. Setelah bintang tiga "Kateluan" terlihat, maka si Tonaas mulai membuat simpul pada seutas tali disebut "Mamules", tiap hari membuat satu simpul pada tali selama sembilan hari kemudian istirahat satu hari.

 

Kemudian dilanjutkan lagi tujuh hari berturut-turut lalu istirahat satu hari, selanjutnya lima hari lagi lalu istirahat, dan tiga hari lagi, pada hari berikutnya adalah bulan purnama raya. 9 + 1 + 7 + 1 + 5 + 1 + 3 + 1 = hari ke-28 bulan purnama raya, tujuh hari sebelum bulan purnama dilakukan tarian "Maengket Owey Kamberu" dihalaman batu TUMOTOWA, pada hari ke-28 secara resmi panen raya dimulai, malam harinya adalah bulan purnama raya dilakukan "Maengket Lalaya'an, tujuh hari setelah bulan purnama dilakukan peresmian rumah baru upacara "Sumolo". Karena TONA'AS WANGKO juga memegang jabatan sebagai TONA'AS SAKA (Panglima perang) pemimpin para "Waranei", maka ketika melihat bintang tiga "Kateluan" muncul, maka dia menyuruh anak buahnya "Mamu'is" pergi menangkap tawanan bila ada upacara naik rumah baru. Karena sebelum pemasangan atap rumah baru ada upacara "Pangari'ian" (ari'i = tiang) raja, kurban kepala manusia ditanamkan dibawah tiang raja, inilah yang dimaksud syair "Mangido-ngido-do" pada Maengket Marambak Tonsea.

Pemimpin tarian MAENGKET adalah kaum wanita sebagai "Walian in uma" pemimpin upacara kesuburan pertanian dan kesuburan keturunan, dibantu oleh "Walian Im penguma'an" lelaki dewasa. Pemimpin golongan WALIAN atau golongan agama asli (agama suku) disebut "Walian Mangorai" seorang wanita tua, yang hanya berfungsi sebagai pengawas dan penasehat dalam pelaksanaan upacara-upacara kesuburan. Untuk memulai tarian maka si pemimpin tarian MAENGKET menari melambai-lambaikan saputangan mengundang dewi bumi (Lumimu'ut), dan setelah kesurupan Dewi Bumi, barulah tarian dimulai, oleh karena itu semua penari MAENGKET harus memakai saputangan. Agar supaya para penari tidak kemasukan (kesurupan) roh jahat (Tjasuruan Lewo') ada pembantu TONA'AS WANGKO menemani "Walian in uma" yang disebut "Tona'as in uma" pria dewasa yang memegang tombak symbol Dewa Matahari TO'AR (To'or = Tu'ur = tiang tegak = Tombak). Oleh karena itu di halaman batu "Tumotowak" (Tontembuan) "Panimbe" (Tondano), "Pa'lalesan" (Tombulu), "Pasela" (Tonsea) ditancapkan tiang-tiang bambu berhias disebut "Tino'or" (Tontemboan), "Toto'or" (Tombulu), sewaktu dilakukan tarian Maengket "Owey Kamberu". OWEY termasuk kata keluhan karena lelah fisik dan lelah pikiran yang sama artinya dengan Bahasa Tondano AMBO, rasa lelah yang berada diluar kekuasaan manusia, hingga keluhan membawa rasa nikmat, menikmati rasa lelah karena ada hasil yang menyenangkan dibalik kelelahan itu, misalnya lelah menanam padi akan menghasilkan kesenangan waktu menuai padi.

 

Karena Minahasa terdiri dari kesatuan beberapa sub ethnic seperti, Tontemboan, Tombulu, Tonsea, Tondano, Tonsawang, Ratahan Ponosakan dan Bantik. Maka syair lagu nyanyian MAENGKET juga memakai dialek bahasa-bahasa sub ethnic Minahasa tersebut, menyebabkan ada beberapa sebutan istilah yang berbeda misalnya MA'OWEY (Tombulu, Tonsea) di Tontemboan disebut MAWINSON, MAKAMBERU di Tombulu disebut MAWAREI DI Amurang-Tontemboan. Tapi semua subethnik Minahasa mengakui bahwa Dewi padi itu bernama LINGKANWENE (liklik = keliling, Wene = padi) yang dikelilingi padi, penguasa produksi padi, suaminya adalah pemimpin semua Dewa-dewi, Maha dewa MUNTU-UNTU. Ada tiga orang leluhur Minahasa yang bergelar MUNTU-UNTU dan istrinya bernama LINGKANWENE, yang pertama kemungkinan hidup abad ke-sembilan, yang kedua hidup abad ke-12, yang ketiga hidup abad 15. MUNTU-UNTU yang terakhir inilah yang di kisahkan dalam syair "maowey kamberu" telah dibabtis oleh Pater Spanyol masuk Kristen-katolik. Umumnya ceritera dewa-dewi padi, MUNTU-UNTU, TAMATULAR, SAMBALEAN, PARENKUAN, TUMIDENG, PANAMBUNAN (dewa padi lading), PALENEWEN (dewa padi sawah) dalam lagu "Maowey Kamberu" berkisah sedih yang melelahkan hati. Tapi produksi beras di Minahasa sangat terkenal di kawasan Indonesia Timur, sehingga mengundang bangsa barat Spanyol menanam padi sawah di Motoling Minahasa Selatan dan baru berakhir tahun 1644 selama satu abad. Yang bergelar MUNTU-UNTU yang dibabtis pater Spanyol sudah pasti LOLONG LASUT karena dotu inilah yang memberi ijin Spanyol mendirikan kantor dagang "Loji"di "Menango labo" (pelabuhan Wenang) sekarang kota Manado.

 

Tangga nada lagu MAENGKET dalam upacara adat disebut Penthatonis Owey (lima not) ; la (6), sol (5), mi (3), re (2), do (1), dan Penthatonis ROYOR (lima not) ; si (7), la (6), sol (5), mi (3), re (2).

Setelah tahun 1900 tarian MAENGKET tidak lagi menjadi bahagian dari upacara adat, karena upacara-upacara adapt di Minahasa yang disebut "Posan" tidak lagi dilakukan orang Minahasa. Tarian MAENGKET kemudian menjadi salah satu cabang kesenian "Seni Pertunjukkan" terutama sekali pada acara "Kuda Baan" (Balapan kuda) di Sario-Manado, Walian-Tomohon, Kawangkoan Tonsea, Kawangkoan Tontemboan, Tasuka-Kakas, kelompok MAENGKET saling bertanding memperebutkan bendera merah putih. Tidak adalagi "Kesurupan" dalam menari MAENGKET semua patokan ke-indahan penampilan lomba ditentukan berdasarkan teori hukum-hukum seni musik dan seni tari dengan menggunakan dasar "Estetika" seni tradisi. Sekitar tahun 1950-an setelah Hindia Belanda angkat kaki dari Minahasa, lahirlah jenis MAENGKET "Imbasan" yang secara umum syair utamanya mengenai perjuangan kemerdekaan dan falsafah Negara, yang mengandung muatan misi agama Kristen disebut "Tari Jajar". Aturan dan ketentuan tarian MAENGKET menjadi longgar dan kehilangan pegangan yang disebut "Pakem" dalam ilmu teori tarian jawa. Oleh karena itu banyak pakar MAENGKET di Minahasa kemudian meneliti lagi aturan-aturan Maengket jaman sebelum tahun 1900, yang mungkin dapat di sesuaikan dengan MAENGKET jaman sekarang.

Yang tidak dapat dirubah lagi adalah bahwa tangga nada MAENGKET jaman sekarang adalah "Diatonis"; do (1), 2 (re), mi (3), fa (4), sol (5), la (6), si (7), 1, satu oktaf. Pemimpin tarian MAENGKET tidak dapat lagi dinamakan "Walian in Uma" (wanita) atau "Walian im Penguma'an" (pria) tapi disebut KAPEL.

Tapi pengaruh fungsi MAENGKET sebagai upacara adat jaman tempo dulu, belum sama sekali menghilang di Minahasa hingga sekarang ini. Yakni muatan Supranatural yang dalam bahasa Belanda disebut "Mokus Pokus" yang prakteknya masih terasa terutama dalam acara pertandingan MAENGKET memperebutkan kejuaraan.

Tapi masalah diluar teori ini, hanya sekedar untuk diketahui dan memang tidak dapat dibahas sebagai pengetahuan ilmu seni, karena terdapat secara umum dalam dunia kesenian tradisional diseluruh nusantara. Ciri has suara penyanyi MAENGKET dengan nada keras dan melengking yang disebut "Suara lima" tidak termasuk Supranatural, walaupun jaman tempo dulu penyanyi MAENGKET mengarahkan suaranya ke gunung-gunung tinggi tempat bersemayam Dewa-dewi. Anggap saja hadirin dan para penonton itu Dewa-dewi, karena nama-nama para leluhur dewa-dewi itu masih digunakan orang Minahasa hingga sekarang ini, seperti ; TULAR (Tamatular), TILAAR (Tumilaar), MUNTU-UNTU, MAMOTO', PARENGKUAN, PANAMBUNAN, PALENEWEN, dan sebagainya.

Kamis, 19 Februari 2015

Serba Minahasa

Dalam kebudayaan Orang Minahasa, kita mengenal Tempat-tempat Keramat, Benda-Benda Sakti Dan Pelindung Atau Penjaga Diri serta Benda Atau Alat Khusus.
 

TEMPAT-TEMPAT KERAMAT

PELI’
Peli’ artinya keramat
 
KA-PELI’AN
Ka-peli’an adalah tempat keramat atau kawasan sakral yang sunyi, tenang, hening, teduh dan penuh kenikmatan.
 
Biasanya Ka-peli’-an terletak di sekitar pohon beringin atau pohon-pohon raksasa yang lebat dan rimbun daun-daunnya atau di hutan-hutan yang besar atau batu-batu besar, serta jurang-jurang dan bukit-bukit tertentu atau ditepi sungai atau air terjun.

Ka-peli’an dipercayai sebagai tempat berdiam roh- roh dan jiwa-jiwa serta makhluk-makhluk halus.

 
ROROT
ROROT adalah Wali’an wanita yang sangat sakti dan dikenal juga dengan panggilan MAMARIMBING.

Wali’an Rorot adalah penjaga dari tempat keramat PALI’USAN yang menurut cerita tidak pernah mati, tetapi setelah berumur 900 tahun Walian ini pergi mengembara ke seluruh dunia dan sampai sekarang belum pernah kembali.

PA-TA’DI-AN.
PA-TA’DI-AN adalah tempat ‘BERIKRAR”.
 
 
BENDA-BENDA SAKTI DAN PELINDUNG ATAU PENJAGA DIRI

 
PO-LOINDONG
PO-LOINDONG atau pelindung adalah ajimat yang digunakan oleh orang-orang sakti untuk memberikan semangat dan kekuatan serta keberanian maupun kekebalan serta keahlian untuk menghadapi sesuatu.

Po-loindong dibawa-bawa dalam perjalanan atau perantauan atau dalam perjuangan serta pertempuran, tetapi ada aturannya.

PO-RI’DIR
PO-RI’DIR adalah alat pelindung atau penangkal atau dinding penyekat yang merupakan perisai keramat yang dapat menyebabkan seseorang tidak terlihat atau hilang dari pandangan lawan atau musuhnya dalam keadaan apapun.
 
RI’DIR berarti dinding, sehingga pori’dir dapat diartikan sebagai alat yang menghilangkan atau menyembunyikan seseorang atau benda dari pandangan orang atau musuh dan lawan.
 
Penggunaan Po-ri’dir tergantung keinginan
dan maksud si pemakai :
  1. Bagi orang baik atau kesatria pori’dir digunakan untuk :. . . .
  2. Bagi orang jahat atau pencuri digunakan untuk  Mencuri atau membuat kejahatan atau maksud tidak baik.
  3. Menipu orang
 
*Catatan : - Seharusnya pori’dir digunakan hanya untuk hal-hal yang baik, tetapi ada yang menyalahgunakannya untuk hal- hal yang jahat.
Apabila penyalahgunaan Pori’dir diketahui oleh si pemberi, maka si pemakai akan
dihukum.
 

SOMPOY
SOMPOY adalah kantung wasiat keramat yang dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan jimat-jimat dan barang-barang keramat dan berkhasiat serta bertuah dan sakti.

Kesaktian Sompoy antara lain dapat dimasuki barang yang jauh lebih besar daripada besarnya ukuran Sompoy, sehingga tidak dapat dilihat orang, termasuk juga bertuah.

 

BENDA ATAU ALAT KHUSUS
 

PO-SALE’
Po-sale’ adalah semacam guna-guna yang memiliki kekuatan daya pikat luar biasa sehingga dapat membuat seseorang tertarik & tergila- gila kepada yang memiliki po-sale’. Guna-guna itu dibuat oleh dukun, menggunakan banyak jenis sarana & cara sesuai kegunaan & manfaat atau keperluan . . . .
  • Bila menaklukan sang gadis, Perjaka akan menggunakan dukun sebagai perantara atau meminta Po-sale’ pada dukun.
  • Dukun akan .. . .
  • Tindakan selanjutnya dari sang pria ialah melakukan pendekatan yang dijamin pasti menghasilkan perkawinan.

PO-KI’IT.
Po-ki’it adalah benda/barang yang dapat membuat seseorang tergila- gila dan mau ikut dengan seseorang (semacam guna-guna).
Guna-guna ini digunakan oleh seseorang atau kelompok agar dapat pengikut banyak atau bahkan digunakan sebagai senjata agar musuh dan lawan mengikuti selera dari yang menggunakan Po-ki’it itu.

 
PO-RICA
Po-rica adalah benda / barang untuk membuat seseorang membenci atau mendendam atau sentimen dan merasa jijik seta memuakkan luar biasa kepada orang yang diinginkan oleh orang yang memiliki Porica.
Digunakan sebagai senjata untuk bersaing atau menyingkirkan saingan atau musuh atau lawan. dengan cara membuat seseorang membenci atau mendendam orang yang dikehendaki oleh yang empunya Po-rica.
 

PO-LAWANG
Po-lawang adalah alat penangkal atau obat atau senjata untuk melawan penyakit atau guna-guna serta racun bencana atau malapetaka dan musibah.

 
LE-LEME’
Le-leme’ adalah obat penyembuh penyakit atau benda yang dapat menawarkan hati orang yang lagi marah atau melemahkan pembawaan dan prilaku seseorang.

 
LAKA
Laka adalah selendang keramat berwarna merah darah.
Laka melambangkan kesaktian, kebijaksanaan, kecakapan, keuletan, keberanian, kekuatan, kekebalan, kesatriaan, kepahlawanan, kejujuran, kebenaran dan keadilan.

Laka dianugrahkan oleh.. .
Laka dianugerahkan dalam bentuk .. .

Khasiat LAKA luar biasa, sebab manfaatnya bermacam-macam a.l. :
  • membuat orang jadi bijaksana, cakap dan profesional,
  • menjadikan orang disegani, berwibawa dan dicintai,
  • menyembuhkan segala macam penyakit, dan lain-lain.

WENTEL
Wentel yang dikenal pula dengan pokos-pokos adalah benda-benda sakti yang memiliki kekuatan magis serta dapat memberikan semangat, keberanian, kekuatan, kesaktian, kekebalan, kecakapan, ketrampilan, kepandaian dan hal-hal yang diperlukan oleh yang memakainya.
 
a. TU’UR IM BENTEL (INDUK AZIMAT)
Orang sakti dan pengembara serta perantau bila bepergian, selamanya membawa barang- barang sakti (azimat).
Azimat yang dibawa serta biasanya dimasukan
dalam “”.
 
Azimat itu berkhasiat untuk melindungi keselamatan pemegangnya bahkan dapat membantu pencapaian maksud dan tujuan perjalanan.
 
b. WENTEL ME-PANGA
Wentel me-panga adalah azimat bercabang yang memiliki banyak kesaktian dan serba guna.

Biasanya wentel Me-panga digunakan oleh para Teterusan dan Waraney-Waraney serta pengembara dan perantau.

Azimat itu diberikan oleh .

Azimat itu dapat berbentuk .

Perawatan dan pemujaan dan perawatan azimat-azimat ada bermacama-macam dan harus dilakukan sesuai dengan petunjuk dan cara-cara yang diajarkan oleh si pemberi azimat.
 
Sebelum dan sesudah menerima azimat si calon pemakai azimat harus memenuhi syarat-syarat dan pantangan-pantangan
tertentu.

JENIS-JENIS WENTEL :
 
Selain wentel tu’ur dan wentel me-panga ada jenis- jenis wentel lainnya, a.l :

 
E-EMPET
E-empet adalah ikat pinggang yang terbuat dari kulit atau tali atau wirus, yang bermanfaat untuk melindungi atau menjaga diri.
 
Penggunaan e-empet dilakukan dengan menghentakkan kaki sebanyak tiga kali atau sembilan kali dengan menyebut nama Amang Kasuruan dan Apo’ yang menjadi sumber kekuatan.

 
WA-WA’KES
Wa-wa’kes adalah ikat lengan atau kaki atau pinggang yang bermanfaat serta berkhasiat untuk mengikat seseorang terutama musuh dan lawan berkelahi. Wa-wa’kes ini akan mengikat orang secara . . . .
 
PO-TOKOL
Po-tokol adalah azimat yang digunakan untuk berkelahi, memukul, menempeleng, mendorong, memiting, menendang dengan kaki dan tangan serta jurus-jurus dan teknik dan gaya untuk berkelahi, bertempur dan membela diri.
 
KIRIS
Kiris adalah pisau belati sebagai penjaga diri dan rumah.

KARAY PELI’
Karay adalah baju keramat tahan bacokan dan tusukan bahan tahan senjata dan peluru.

PONDOS PELI’ 
Pondos peli’ adalah ... yang dapat dilakukan selaku penjaga diri, menyembuhkan orang sakit (dengan mecelupkan rotan dalam air dengan menyebutkan nama Amang Kasuruan, lalu airnya diminumkan kepada si sakit) dan dapat pula dijadikan cemeti untuk mengusir roh-roh jahat dan orang jahat atau musuh.
 
SAPUT I KOLOMBI’
Saput i kolombi’ adalah ...r yang digunakan selaku azimat untuk menarik perhatian wanita atau lawan.

ZINZIM
Zinzim adalah cincin keramat yang digunakan sebagai alat untuk menyembuhkan orang sakit serta menawarkan racun dengan mencelupkannya dalam air, kemudian airnya dipancarkan atau di percikan kepada si sakit atau racun.

WIRUS REINDANG
Wirus reindang adalah s..., yang digunakan sebagai azimat dam pembawa keberanian.

KE-KEWIT
Ke-kewit atau bisikan mantera, untuk memanggil roh-roh pelindung dan penjaga manusia, serta mantera yang digunakan untuk merobah atau membentuk sesuatu serta menyembuhkan penyakit, mengusir roh-roh jahat dan melindungi diri dari marah bahaya.

 
WATU TULUS
Watu tulus adalah batu keramat yang berasal dari angkasa yang ditemukan di jurang, ngarai, gua alam, puncak gunung atau ditengah hutan atau dari dasar sungai atau danau atau laut yang dalam atau dari perut binatang buas atau burung mombo dan binatang/makhluk keramat lainnya, berguna serta mujarab untuk menyembuhkan penyakit maupun menawarkan racun serta mengusir roh-roh jahat, terutama juga memberikan khaziat, kesaktian, keberanian, kekebalan, kepintaran serta kegunaan lainnya bagi yang mendapatkannya dari Wali’an, Tona’as, Apo’, Dotu, orang pinter/sakti dan keramat.

TANA’ MATUA
Tana’ matua adalah tanah dari kuburan orang tua yang digunakan untuk menjaga keluarga.

ENDA’ I ASU WO SI TU’A WO SI ULA’ WURING
Enda’ i asu wo si tu’a wo si ula’ wuring adalah darah dari ...in itu dibawa kemana-mana.

 
WU’UK I SICEP
Wu’uk i sicep adalah bulu burung ... yang digunakan untuk terbang atau menyembunyikan diri atau menghilang atau menyamar atau menyusup serta menerobos atau menembus benteng musuh atau lawan atau menyerobot masuk pertahanan atau melewati penjagaan yang ketat tanpa diketahui orang lain.

 
POSO (PANTANGAN)
 
Poso atau pantangan diberlakukan bagi siapa saja yang memegang wentel atau azimat sesuai ketentuan dan petunjuk Apo-Apo, dotu-dotu, Tona’as dan Wali’an yang memberikan azimat.
 
Pantangan-pantangan atau poso ini ada tingkatan-tingkatannya, ada yang berlaku sebelum mendapatkan azimat dan ada yang berlaku sesudah mendapat azimat.
 
Secara umum pantangan atau poso itu, a.l :
a. Telu Poso Ni-maesa

 1.Dilarang berzinah
 2.Dilarang mencuri
 3.Dilarang berdusta.
 
b.Tidak boleh .
c.Tidak boleh lewat .
d.Tidak boleh mundur selama selagi dalam pertempuran
e. Tidak boleh makan ...
f. Tidak boleh pakai .
g. Tidak boleh membunuh orang yang tidak bersalah.
h. Tidak boleh main sex.
i. Tidak boleh minum.. .
j. Tidak boleh memotong ...
k. Tidak boleh makan ..
l. Tidak boleh kawin selama ... tahun (berlaku bagi orang yang belum kawin)
m. Tidak boleh menaruh atau menyimpan jimat dalam lemari atau dibawah tapak kaki.
n. Hanya makan sayur mayur.
 
Selain pantangan-pantangan tersebut di atas masih banyak pantangan-pantangan sesuai dengan keperluannya.

 
PERAWATAN
 
Perawatan dan pemujaan serta pengurusan benda-benda keramat dan sakti atau azimat dilakukan dengan membakar kemenyan bahkan memberikan sesajen serta membersikan azimat dan melakukan meditasi serta berpuasa dan berpantang sesuai petunjuk.
 
Jika ajimat tidak diurus maka kekuatan gaib dan khasiat ajimat akan hilang.
 
Kalau tidak merawat atau lupa atau tidak bawa azimat (khusus benda yang bisa dibawa-bawa, sebab ada juga azimat yang tidak perlu atau tidak dapat di bawa-bawa), maka sipemilik azimat akan merasa rendah diri, kecil, panik, was-was, takut dan lemah.

 
MANFAAT.
Manfaat apabila azimat dibawa-bawa, si pemilik akan merasa kuat, berani, besar, percaya diri, hebat dan berwibawa.

MA-WA’KES
Ma-wa’kes adalah larangan mengikat sesuatu atau memintal bagi sang suami bila istrinya sedang hamil.

KU-MELANG
Ku-melang artinya membuat perjalanan, sedangkan kata itu dalam konteks ini digunakan juga sebagai kiasan untuk kata “berburu”.
 
Ada kepercayaan bahwa kata berburu (ma-ngasu) sebaiknya tidak digunakan oleh orang atau keluarga yang berniat untuk pergi berburu, karena ada anggapan bahwa binatang memiliki pendengaran tajam dari jarak jauh, sehingga bila kata berburu itu didengar oleh mereka, maka binatang-binatang itu akan lari menjauhi para pemburu.

Apabila seseorang berniat untuk pergi berburu, ada pantangan dan larangan tertentu yang harus dilaksanakan supaya memperoleh kemujuran

 
MELUR (TUMU’TUL)
Melur adalah persembahan untuk mendamaikan dewa-dewa dengan masyarakat atau si sakit.
 
Persembahan dilakukan ditempat dewa-dewa menahan atau menyandera si sakit, bukan di Pa-rages-an.

MA-MATA’
Ma-mata’ adalah larangan untuk sembarangan melakukan sesuatu atau melewati atau melewati perkebunan a.l. :
- larangan membawa bahan-bahan mentah melewati tanaman yang sedang mengeluarkan buah padi dll.
- larangan memotong kayu atau bermacam-macam bahan jika sang bulan kelihatan di waktu siang.

PO-POSAN-AN
Po-posan-an adalah pantangan (berpuasa) untuk
suatu usaha mendekatkan atau menghubungkan orang-orang sakti dengan dewa-dewa
yang di puja.

 

***

 

SANKSI DAN HUKUMAN

 
KUMBIT-EN
Kumbit-en artinya dicubit, merupakan hukuman atas pelanggaran atau sanksi atas kesalahan a.l:
- tidak percaya kepada AMANG KA-SURU-AN, APO-APO’, DOTU-DOTU DAN TETE -TETE
- tidak manghabiskan makanan (kumbiten in tu’tuk sa raica maka’pu in tu’tuk am piring).

PE’DISEN
Pe’disen artinya dihukum atau dibikin tobat atau dibikin kapok karena membuat kesalahan atau pelanggaran a.l:
- tidak mengerjakan tugas yang diberikan orang tua atau atasan
- tidak percaya atau ragu-ragu terhadap AMANG KA-SURU-AN, APO-APO’, DOTU- DOTU TETE-TETE.

 

BAHASA HALUS

 

TENTU
Tentu (tu-mentu, ti-nentu-an) adalah pertanda dari cecak atau binatang lainnya kepada seseorang tentang sesuatu atau apa yang bakal terjadi.

 
WA’AR
Wa’ar artinya izin

Ma wa’ar ange artinya minta izin atau permisi dulu.

Bila seseorang pergi ke pancuran untuk menimba air atau bermaksud untuk mandi atau mencuci, sebelum tiba di pancuran, orang itu harus “ma’ar” atau mendehem.

Mendehem adalah bahasa isyarat halus untuk minta izin atau permisi, yang sudah dimengeri oleh orang yang sudah mendahului bahwa ada seseorang mau datang, sehingga apabila ia sedang mandi telanjang, dia akan segera memberikan isyarat atau pemberi tahuan supaya bersabar dulu sambil berpakaian agar tidak membuat suatu yang memalukan.

Permintaan izin atau permisi itu terutama juga untuk meminta izin kepada roh-roh halus yang menjaga pancuran atau tempat tertentu agar ia diizinkan lewat atau masuk.

 
PO-POKEY
Po-pokey artinya peringatan.

Po-pokey diartikan juga sebagai tanda untuk mengingatkan sesuatu, yang dilakukan oleh roh-roh halus melalui tanda-tanda atau bunyi burung dan binatang, atau melalui mimpi atau gerakan-gerakan dibagian badan tertentu.

 

 

 

SARANA DAN PEMBERI TANDA-TANDA

 
WARA’
Wara’ adalah burung keramat dan sakti.

Burung ini adalah pembawa kabar, petunjuk dan tanda-tanda bagi manusia.

Kabar atau petunjuk dan tanda-tanda itu diberikan oleh Wara’ baik secara spontan atau lewat permohonan atau panggilan orang-orang sakti.

 
SUMORING
Su-moring adalah memanggil burung Wara’ untuk memberikan kabar berita dan tanda serta petunjuk dan saran.

Pemanggilan dilakukan oleh para Tona’as atau Wali’an dan orang-orang sakti dengan menggunakan SORING (suling keramat) yang dilakukan ditempat-tempat khusus yang disebut Pa-soringan.

Panggilan dengan suling dijawab oleh Wara’ apabila panggilan dikabulkan oleh Apo-Apo (dewa-dewa.)

Bila berkenan Wara’ dapat datang sendiri dan bertengger di atas tongkat yang ditancapkan di atas tanah.

Jawaban itu diberikan dalam bentuk bunyi yang masing-masing sesuai dengan pesan-pesan dan tanda-tanda yang pada garis besarnya terdiri dari tiga pesan yaitu :

1. Kabar gembira - bunyi kic

2. Kabar buruk - bunyi ku-mokok

3. Kabar peringatan - bunyi mangolo’

Bunyi suara Wara’ dalam jarak dekat kedengarannya tidak jelas, tetapi dari kejauhan bahkan keras dan jelas sekali serta sangat merdu.

 
SOKOPE’
Sokope’ adalah burung keramat dan sakti, serta mimiliki kemampuan khusus untuk memberikan pertanda tentang hal-hal dan masalah yang menyangkut peristiwa-peristiwa besar dalam wanua atau negara serta orang-orang besar (pemimpin dan tokoh besar)

 
SOKOPE dapat memberikan Kabar Berita dan tanda yang pasti serta akurat tentang suatu hal atau peristiwa antara lain:
  • musibah atau bencana besar yang sangat dashyat akan menimpah wanua atau negara.
  • kenaikan pangkat
  • pergeseran kepemimpinan
  • meninggalnya seorang tokoh besar dalam tingkatan paling atas
  • timbulnya suatu peperangan besar
  • perebutan kekuasaan
  • dan lain-lain hal serta peristiwa paling besar.

Penampakan burung Sokope’ sangat jarang sekali.

Munculnya burung Sokope’ terjadi ...tahun sekali atau .., .., .. tahun, bahkan 99 tahun.

Dalam keadaan sangat istimewa dan khusus serta darurat, burung SOKOPE’ dapat muncul tiba-tiba dan sewaktu-waktu sesuai keadaan, keperluan berita penting istimewa dan mendadak.

Bentuk badan burung Sokope’ kecil dengan warna merah dan kuning.

Bunyi suara burung Sokope’ sangat merdu, bila dalam jarak dekat kedengaran lembut dan tidak keras, tetapi dari kejauhan terdengar jelas dan keras.

 
SUME-SENDOT
Sume-sendot atau kunang-kunang adalah petunjuk jalan dan arah serta pembimbing bagi pengembara.

 
KIOS RARA’
Kios rara’ adalah burung kecil berwarna ke abu-abuan dengan jengot berwarna merah darah.

Burung ini memiliki keunikan karena burung ini dapat memberikan kabar dan petunjuk dari Apo-Apo (dewa) khusus di waktu siang.

Burung Kios rara’ digunakan oleh orang sakti sebagai perantara untuk memperoleh kabar atau petunjuk, dengan cara memasang keranjang (sori) yang diisi jagung kuning dan nasi putih di sebelah kanan dan disisi kiri diisi pisang (punti mas rintek) yang sudah dikupas.

Dengan mantera dan bahasa rahasia orang sakti memanggil Kios rara’.

Bila dikabulkan oleh Apo-apo maka Kios rara’ akan bertengger diatas sori dan akan makan di sisi kanan dan di sisi kiri yang merupakan bahwa permohonan dikabulkan oleh Apo-Apo.

 
KO-KOCI’
Kokoci adalah burung malam, yang memberikan pertanda yang bermacam-macam bentuknya sesuai dengan pesan-pesan atau tanda-tanda melalui irama, suara dan bunyi dari pada Kokoci.

Orang-orang sakti dapat membedakan tanda-tanda bunyi Kokoci :
  • Pertanda bahaya pencurian atau penodongan atau penganiayaan.
  • Pertanda hujan dan panas
  • Luput dari bahaya
  • Menunjukkan orang jahat
  • Dan lain-lain sesuai dengan bunyi
     
Kokoci’.
Kadang – kadang Kokoci, berbunyi di waktu siang dalam hal-hal yang sangat luar biasa.

 
SOPIT
Sopit atau cecak adalah pemberi tanda (ma-tentu) bagi manusia.

Apabila pembicaraan atau maksud dan tujuan baik atau benar, sopit akan memberikan persetujuan lewat bunyi. Tanda tanda yang diberikan oleh sopit memiliki banyak ragam nya sesuai dengan irama dan
tekanan suaranya.

 
BURUNG KE’KE’
Burung ke’ke’ adalah burung yang membunyikan bermacam -macam suara ketawa.

Apabila ketawa riang hal itu menandakan kabar suka cita.

Apabila ketawa mengejek, hal itu menandakan kabar duka cita atau kesialan.

Apabila ketawa terkekeh-kekeh hal itu menandakan kesukaan besar.

 
KU’KUR
Burung Ku’kur adalah pembawa pesan-pesan rahasia dari Apo’-Apo’ atau dewa -dewa yang hanya dapat didengar oleh orang sakti dan orang pintar.

 
KEROK
Kerok adalah burung yang dapat memberikan tanda tentang keadaan cuaca (hujan).

 
TI-TICAK
Ti-ticak adalah burung yang dapat menjalankan fungsi yang terbatas dari fungsi Wara’ dalam hal-hal tertentu, memberi tanda-tanda bagi peristiwa atau keadaan tertentu diwaktu siang.

 
KO-KOAK
Ko-koak (burung Gagak) adalah burung yang memberikan pertanda tertentu sebagai perantara dari Apo’- Apo’ atau dewa-dewa.

 
KA-LIMPO’PO-AN
Ka-limpo’po-an (kupu-kupu) dapat memberikan petunjuk kepada tuan rumah tentang kedatangan tamu apabila kupu-kupu terbang bolak-balik dan hinggap di dalam rumah.

 
TERIOY
Terioy adalah burung yang dapat memberikan tanda kematian seseorang.

 
WA’AN I ASU
Apabila anjing bersin setelah orang melangkahkan kaki, hal itu menandakan bahwa orang harus segera berangkat karena ada sesuatu hal yang baik atau rejeki sedang menanti.

Apa bila anjing bersin sebelum orang melangkahkan kaki, itu pertanda larangan sehingga apabila memaksakan diri berjalan atau berangkat akan menemui kesialan atau kecelakaan.

 
MEONG MA-INAMO
Apabila kucing duduk pada kedua kaki belakang sambil menggosok mukanya dengan salah satu kaki depan (seakan akan mencuci muka) hal ini menandakan ada tamu dari jauh yang sedang mempersiapkan diri untuk berkunjung ke rumah.

Dari mana arah tamunya datang dapat diketahui dari arah kucing itu menghadap saat mencuci muka.

 
MEONG MA-NGEONG
Apabila terdengar kucing mengeong dan meraung-raung siang dan malam baik dilakukan oleh salah satu atau beberapa kucing secara bersahut-sahutan dibawah kolong rumah atau dipekarangan, hal itu sebagai pertanda bahwa ada seseorang keluarga atau teman dekat yang akan meninggal.

 
SERIT (KOMONG)
Semacam kumbang kecil, -pemberi kabar diwaktu siang.

Jika serit berbunyi, menandakan ada tamu untuk orang yang bersangkutan.

Pertemuan dengan tamu itu, berlaku pada hari itu juga. Jika sedang berjalan, maka tamu itu ditemukan di tengah perjalanan.

Tamu yang bermaksud baik atau jahat, diberitahukan oleh kumbang kecil itu dari tempatnya.

 
TETE’ LENGKA’
Tete’ lengka’ atau laba-laba adalah sejenis serangga besar yang dapat memberikan pertanda tentang peruntungan atau rejeki.

Apabila melihat Tete’ lengka’ bertelur, hal itu pertanda ada ’.

 
KO’KO (MA-PEKOK)
Ayam berkotek tidak pada waktunya baik siang atau malam yaitu karena tidak terganggu oleh manusia atau binatang buas
sesudah ayam bertelur atau anak ayam jatuh dari pohon tempat hinggap di waktu malam menandakan kejadian yang sial atau suatu kecelakaan yang akan terjadi.

Menafsirkan kabar ayam bekotek, jantan atau betina sendiri-sendiri atau bersambut-sambutan adalah menurut keahlian masing-masing.

Kokok ayam menandakan juga air pasang di laut.

 
MA-NGIPI SAMA’
Apabila bermimpi orang mati, memetik buah ranum/masak, memegang kotoran/cirit manusia, hal itu pertanda akan dapat rejeki atau keuntungan.

 
MA-NGIPI LEWO’
Apabila seseorang bermimpi mengenakan pakaian kawin, atau hanyut di sungai, atau mimpi mandi diari keruh, atau menangkap ikan, atau melihat perahu di tengah badai dan gelombang besar, hal itu adalah pertanda akan mendapat penyakit atau cobaan.

Apabila bermimpi melihat pembantaian babi, atau pesta- pesta hal itu pertanda akan ada kematian keluarga atau teman dekat.
 
Apabila bermimpi orang mati hidup kembali hal itu menandakan kesialan atau musibah atau penyakit.

Apabila bermimpi menangkap burung, hal ini menandakan ada seseorang anggota keluarga yang hamil diluar nikah.

 

 

KI-NE’KET I CAWOK

a. LULANG (KASUT)
Kasut digigit tikus, menandakan akan adanya percobaan atau kesialan bahkan menandakan pula ada seseorang keluarga dekat yang akan meninggal, tetapi melalui mantera-mantera kejadian ini dapat di
tangkal.

b. KARAI KINE’KET
Jika ada pakaian dalam lemari atau sedang digantung di dalam lemari digigit tikus, ini menandakan adanya kematian anggota keluarga (sanak saudara atau kenalan dekat).
Kejadian yang akan berlaku ini tak dapat ditangkal.

 
PE-LUWA’ I ASU
Pe-luwa’ i asu atau muntah anjing menandakan hal buruk yang bisa terjadi dilingkungan keluarga.

Apa bila anjing muntah di dalam rumah berarti ada keluarga dekat yang akan meninggal.

Kalau anjing muntah di halaman rumah ada keluarga yang akan meninggal.

 
KO’KOR I ASU
Ko’kor i asu atau lobang yang dicakar anjing pertanda ada kedukaan yang dapat menimpah keluarga.

 
KUTU IN SAKIT
Kutu in sakit atau kutu penyakit adalah pertanda akan ada kedukaan dilingkungan keluarga.

Tanda-tandanya ialah bila kepala seseorang atau beberapa orang didalam keluarga dipenuhi banyak kutu, maka itu pertanda ada keluarga dekat yang akan meninggal.

 
KAMA ME-TA’UP

Apabila pada waktu makan, dengan tidak disengaja dua tangan bertemu untuk memegang pinggan ikan/nasi atau cerek.

Kejadian itu menandakan ada orang datang dan tak akan lama kemudian orang yang datang itu akan tiba.

 
NB: Tulisan di atas dikutip dan diedit/disensor dari tulisan Jantje Worotitjan oleh Bodewyn Talumewo.
 
Semua materi di atas merupakan pengetahuan bagi kita sekalian. Saya tidak memaksa saudara untuk mempercayainya. Saya tidak bermaksud menyebarluaskan informasi tersebut untuk disalahgunakan.

Bila Anda percaya, maka itu hak Anda. Bila Anda menganggap diri Anda sebagai seorang Kristen, terserah Anda untuk tidak mempercayainya.

Sumber: